Lompat ke isi utama

Berita

Selalu Membersamai, Terima Kasih Sang Guru

Selalu Membersamai, Terima Kasih Sang Guru

MASIH jelas teringat, di pertengahan tahun 2008 setelah selesai seminar hasil sidang skripsi, rasanya kacau. Tidak puas. Rasanya beberapa pertanyaan penguji tidak dapat Saya jawab dengan mantap. Payah.  

Dosen pembimbing dan penguji lainnya sudah meninggalkan ruangan. Namun ada satu penguji yang masih duduk di hadapan, menyisakan kami berdua. Penampilannya biasa, perawakannya sahaja. Dengan senyum khas, beliau bertanya.

“Bagaimana, dek?” tanyanya.

“Hancur pak,” jawab Saya.

 “Jangan sakit hati, kan memang di sini tempatnya menguji (kemampuan akademik). Sekarang sudah tahu dimana kelemahannya kan. Banyak kesempatan, belajar, manfaatkan itu,” pesannya meyakinkan.

Samar-samar mencernanya. Saya menebak pesan-pesannya untuk membesarkan hati. Padahal dalam seminar tadi pertanyaan Beliau paling ‘membantai. Masih dongkol. Memang benar, Beliau adalah dosen penguji, namun Saya lebih sering bimbingan dengannya daripada dosen pembimbing sendiri.

Gemar menawarkan pilihan jika bertemu kebuntuan. Penguji rasa pembimbing. Itulah sebab Saya tidak terlalu memperhitungkan sebelumnya. Dugaan meleset. Serangannya “melumpuhkan”. Tapi begitulah cara Beliau mendidik anak didiknya. Dinamis dan tak terduga.

Jika tidak salah, saat itu pengampu mata kuliah pada rumpun ilmu kebijakan publik dan keorganisasian. Nama Beliau adalah Dr. Saipul, salah seorang dosen Fisip Unmul. Di kalangan aktivis mahasiswa, kerap disapa Bang Saipul.

Dosen yang tidak berjarak. Maka mudah menciptakan ruang-ruang diskusi bersama. Terkadang jika ada pemateri berhalangan, dan panitia kelabakan, maka tak jarang didaulat menjadi pemateri dadakan. Cakap menempatkan diri, kapan sebagai mentor, senior, dan kolaborator. Wajar, Saya dan teman-teman mengenalnya sebagai akademisi aktivis. Pengajar yang pendidik.

Sejak tahun 2017, Saya mendapat kesempatan berinteraksi intens dengan beliau yang menjabat Ketua Bawaslu Provinsi Kalimantan Timur. Saya yang pengawas tingkat kota, merasa beliau istiqomah merawat nilai-nilai kenalaran dalam kepemimpinannya.

Satu contohnya, dalam menyampaikan arahan maupun instruksi kelembagaan, beliau mampu membawakannya dengan ringan dan mengasyikkan. Tidak jarang juga dikombinasikan dengan landasan filosofis hingga pendekatan teoritis. Epik.

Beliau paham betul bahwa teknik komunikasi yang tepat akan mempengaruhi daya tangkap. Ini penting. Sehingga jajarannya tidak merasa terbebani oleh dalil perintah, seutuhnya mampu memahami urgensinya. Untuk capai sejurus rumus bertugas: sesuai kaidah dan penuh tanggungjawab.

Pada Oktober 2020, Saya sekeluarga menjalani isolasi mandiri. Hingga pada suatu waktu, Bapak saya berpulang karena terpapar covid 19. Bang Saipul adalah salah seorang pimpinan yang aktif memonitor perkembangan kondisi kami sekeluarga. Untuk menguatkan. Mengingatkan akan kewajiban Saya sebagai anak sekaligus sebagai kepala keluarga: harus tangguh dan ikhlas menerimanya. Penuh empati.

Dalam keseharian, Saya mengenal bang Saipul sebagai pribadi yang easy going, kalem dan humoris. Untuk yang terakhir ini, hmm. Genre komedinya adalah jokes ala bapack-bapack. Ingat, ini tentang selera. Nikmati saja. Juga mahir menghangatkan suasana. “Bawaslu ini sering yang diurusi masalah-masalah saja, masa iya tegang-tegang terus,” ujarnya.

Tepat tanggal 18 September 2022 merupakan Akhir Masa Jabatan Bang Saipul di Bawaslu Provinsi Kalimantan Timur. Satu dekade ditunaikan. Menggenapi pengabdian periode 2012-2022. Dalam kunjungan kerja terakhir di Bawaslu Kota Bontang awal September lalu, saat menutup arahannya kembali menekankan, “bekerja di Bawaslu ini tidak cukup bekerja penuh waktu, tapi juga harus sepenuh hati”.

Purna sudah tugasnya, namun Beliau tidak pernah benar-benar pergi. Jejak-jejaknya ditinggalkan untuk memandu langkah-langkah pengawasan kita, membersamai Keluarga Besar Bawaslu Se-Kalimantan Timur. Selamat dan sehat bertugas, dimanapun itu. Tetap menjadi pribadi penuh kebermanfaatan. Sekali lagi, terima kasih Sang Guru.

…..

Jika masih punya rasa sayang

Apa tak sebaiknya, kita mengharap hujan

Meniru hujan

Menjadi hujan

di atas bumi yang kehausan.

(Mengharap Hujan, D. Zawawi Imron)

 

Penulis: Aldy Artrian (Ketua Bawaslu Kota Bontang)