Dorong Partisipasi Aktif Mahasiswa, Hal Ini Dijelaskan Suwardi Sagama
|
BONTANG, Bawaslu Kota Bontang – Kompetensi mahasiswa sangat penting dalam melakukan tugas pengawasan partisipatif. Maka guna mendorong partisipasi aktif mahasiswa, perlu menyusun desain pengawasan partisipatif lebih dulu.
Berkaitan tersebut, Suwardi Sagama, pengajar UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda yang bertindak sebagai narasumber kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Bawaslu Bontang pada Senin (28/3) menjelaskan beberapa hal. “Apa saja kejadian yang sering terjadi dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan?” tanya Suwardi membuka presentasinya.
Money politic, lanjutnya, merupakan praktik yang marak sekali terjadi ketika pesta demokrasi. Money politic adalah kejahatan luar biasa namun ditangani dengan biasa. Dampaknya, dapat merusak tatanan pemerintahan dan kenegaraan. Kemudian dapat membentuk mental dan moral korupsi, hingga merusak regenerasi.
Berikutnya, hoax. “Pertumbuhan berita atau informasi hoax sangat cepat, apalagi pada tahun-tahun politik. Tujuannya, menggiring opini dan membuat persepsi,” ungkap Suwardi.
Masalah lainnya dijelaskan Suwardi adalah intimidasi, yakni adanya arahan pada satu calon tertentu yang biasanya karena mempunyai kekuasaan. Lalu golongan putih yang lahir karena kehendak sendiri dan dapat pula karena adanya arahan tertentu, serta curi start yakni memanfaatkan situasi untuk mengkampanyekan diri. Dalam hal curi start, ada kalanya karena memegang kendali pemerintahan.
“Lantas siapa yang berperan sebagai agen perubahan dan kontrol sosial di masyarakat terhadap masalah-masalah demikian?” tanya Suwardi lagi.
Mahasiswa, sambungnya. Maka perlu ada gerakan-gerakan mahasiswa untuk memecahkan persoalan yang melibatkan penguasa dengan masyarakat.
“Adapun lingkar pengawasan partisipatif yang bisa dilakukan oleh mahasiswa pada Pemilu 2024 yang pertama adalah analisa. Masalah-masalah yang muncul dianalisa terlebih dulu. Selanjutnya kedua, diskusi. Hasil analisa yang dilakukan kemudian didiskusikan. Dan ketiga, lakukan aksi atau laporkan. Lakukan aksi atau laporkan hasil analisa yang telah didiskusikan kepada penyelenggara yang berwenang,” jelas Suwardi.
Terkait analisa, tambah Suwardi, hal ini juga penting dalam hal merespon informasi atau berita hoax. Media dengan cepat tumbuh, baik cetak maupun online. Kanal media tersebut dapat mempengaruhi pembaca dari segala sudut. Sehingga dalam konteks pemilu, berita dapat memberikan keuntungan juga kerugian. Diperlukan peran nyata mahasiswa dalam melakukan pencegahan melalui kerjasama pengawasan dengan lembaga terkait.
“Jangan mencerna berita atau informasi yang disajikan secara mentah-mentah. Kita harus tahu dulu apakah informasi ini akurat atau tidak. Tidak ada salahnya melakukan analisa berita. Tujuannya semata-mata untuk mencari nilai kebenaran atas berita atau informasi tersebut,” bebernya.
Selain analisa berita, Suwardi juga berharap agar mahasiswa melakukan analisa siaran TV/radio, analisa birokrasi, analisa pada dunia pendidikan, analisa pembangunan fisik hingga analisa bantuan ‘sosial’.
Penulis: Ramla Ali